Translate

Sabtu, 20 September 2014

Jurnal Mata Kuliah  Umum PKN Kelas PKn. 19
Tahun Angkatan 2014/2015


Disusun Oleh :
Nama  : Abdul Hasan Nurfitriyan
Nim     : 140810201045

Pertemuan 1 :
Mata kuliah PKN, pertama mendengar hal ini saya heran kenapa di kuliah masih ada pelajran atau mata kuliah seperti ini, saya kira mata pelajaran ini hanya dipelajari di SD, SMP, dan SMA. Saat itu langsung terbenak dalam pikiran saya bagaimana pelajaran atau materi yang akan dipelajari di mata kuliah ini dan bagaimana dosen yang akan mengajar mata kuliah ini. Pertama masuk di mata kuliah ini dosen tidak hadir, maka langsung timbul pikiran negativ dari saya, mungkin dosennya malas untuk mengajar mata kuliah yang tidak begitu penting ini karena selalu mempelajari teori semata tanpa ada implementasi atau gerakan yang real di masyarakat. Ketika pertemuan ke 2 terdapat tanda-tanda lagi bahwa dosen pengampu mata kuliah ini akan tidak masuk lagi, dan saat itu jam mata kuliah sudah tinggal setengah sks sehingga banyak mahasiswa yang pulang, kebanyakan dari mereka menganggap bahwa sudah tidak mungkin dosen nya masuk, saat itu mahasiswa yang tersisa tinggal 1/3 dari absen termasuk saya, saat itu saya juga terpikir untuk pulang, ternyata saat saya hendak keluar dari ruangan ternyata dosennya datang.
Dosen mata kuliah ini bernama Bu Yayuk, ketika itu beliau minta maaf kalau kemarin telat dan tidak masuk karena beliau ada mata kuliah lain yang bertabrakan dengan mata kuliah ini. Saat itu beliau tidak langsung menjelaskan materi pembelajaran, melainkan hanya perkenalan saja dari beliau, saat itupun saya dibuat tercengan oleh beliau.  Ternyata dosen ini adalah dosen fantastic karena memiliki segudang pengalaman yang mengesankan, beliau dulu mengenyam S1 Sastra Inggris di UNEJ, setelah itu beliau mendapatkan beasiswa dari World Bank saat itu untuk melanjutkan S2 dan S3 di Amerika, padahal beliau adalah hanya orang desa dan hanya anak seorang petani. Namun beliau bekerja dan belajar dengan sungguh-sungguh hingga beliau sehebat saat ini.
 Cerita beliau ini sangat mengispirasi saya untuk juga tergerak hatinya, bahwa anak orang desa dan anak seorang petani seperti saya pasti bisa menggapai mimpinya dan mengenyam pendidikan yang tingi untuk menganggkat harkat dan martabat orang tua dan bangsa. Bu Yayuk lalu menceritakan lagi pengalam beliau sewaktu di Amerika disana beliau mendapat cobaan yang begitu besar.
Beliau mengalami kecelakaan yang mengakibatkan beliau lumpuh selama bertahun-tahun, dan banyak mahasiswa teman-teman Bu Yayuk yang meninggal saat kecelakaan itu, padahal saat itu Bu Yayuk masih harus menuntaskan kuliahnya di Amerika, namun dengan keterbatasan seperti itu Bu Yayuk tetap terus berjuang untuk menuntaskan kuliahnya. Disini saya tersadar bahwa impian yang tinggi pasti akan diikuti dengan sebuah cobaan yang tinggi, dan ketika kita berhasil mengatasi cobaan itu, maka kita akan menuai kesuksesan.

Pertemuan 2 :
Pertemuan ke 2 ini Bu Yayuk menjelaskan bagaimana system pembelajaran yang akan beliau terapkan di mata kuliah PKN ini. Di mata kuliah ini beliau akan memberikan aksen dan warna baru di banding mata kuliah lain. Beliau mengatakan bahwa di mata kuliah ini akan lebih mengacu pada kehidupan atau realitas yang terjadi masyarakat dan bagaimana implementasi yang harus kita lakukan sebagai mahasiswa di masyarakat nantinya. Jadi tidak hanya terpacu pada penjelasan materi semata.
Di mata kuliah ini tidak akan di adakan uts maupun uas kata beliau namun di setiap 2 minggu sekali mahasiswa wajib menyetorkan jurnal yang isinya berkaitan dengan pengalaman dari penjelasan yang telah disampaikan di pertemuan-pertemuan sebelumnya. Selain itu dimata kuliah ini di bagi beberapa kelompok yang nantinya setiap setelah pertemuan dosen yang memberikan materi, maka kelompok itu minggu depannya wajib mempresentasikan kedpan sebuah artikel yang berkaitan dengan materi yang sebelemnya telah disampaikan oleh dosen pengampu.
Untuk masalah uas  nanti kelompok-kelompok kecil ini nantinya akan dijadikan menjadi 2 kelompok besar yang nantinya di 2 kelompok besar itu memiliki tugas masing-masing, 2 kelompok besar itu akan mendirikan sebuah bank mini, dimana bank mini itu akan mengumpulkan donasi-donasi dari msayarakat maupun mahasiswa yang nantinya berupa makanan pokok atau pakaian bekas atau baru yang masih layak pakai. Nantinya hasil dari bank ini akan dibagikan ke suatu daerah disekitar yang dianggap masyarakatnya mayositas masih kurang mampu.
Disini kami diajarkan Bu Yayuk bagaimana implementasi atau gerakan nyata yang harus dilakukan mahasiswa berkaitan dengan mata kuliah PKN ini. Sebelumnya hal ini belum pernah terbenak dalam pikiran saya kapan ada dosen yang seperti ini sebelumnya, ternyata pikiran saya itu ternyata terjawab dengan adanya Bu Yayuk. Karena hal-hal dan pikiran seperti ini lah yang saya tunggu untuk saya kerjakan nantinya.
Berkaitan dengan hal seperti itu saya mempunyai pengalaman yang sudah pernah saya lakukan juga untuk masyarakat dan lingkungan. Ada sebuah kasus di lingkungan sekitar rumah saya, disetiap musim penghujan datang seringkali terdapat genangan air di jalan yang air genangan itu susah untuk mengalir melalui selogan, apa lagi kalau hujannya sangat deras seringkali bisa dikatakan banjir kecil-kecilan lah karena hanya di bagian jalan itu saja yang airnya susah mengalir.
Dengan adanya kasus ini saya mencoba meneliti dan mencari solusinya agar  hal itu tidak terjadi lagi, karena saai itu saya juga mengikuti lomba Karya Ilmiah yang saat itu berkaitan dengan kasus yang terjadi di lingkungan saya. Akhiranya saya mencari berbagai referensi dan solusi bagaimana cara mengatasinya yaitu dengan menerapkan alat biopori di lingkungan itu. Ketika saya memberikan dan mengajukan solusi itu ke RT ternyata ditolak dan diremehkan, ternyata memang sulit untuk menumbuhkan jiwa dan menyadarkan masyarakat, butuh adanya suatu pendekatan yang berulang ulang kali hingga menyadarkan mereka bagaimana kesadaran terhadap lingkungan sekitar itu. Ini membuktikan bahwasannya pendidikan memang sangat penting untuk diterapkan dan ditanamkan agar kelak dimasyarakat bisa menumbuhkan kesadaran akan pentingnya lingkungan dan kesdaran untuk saling bergotong royong memecahkan masalah.

Pertemuan 3 :
Pertemuan kali ini membahas tentang globalisasi, saat itu Bu Yayuk mengajukan pertanyaan kepeda kami, beliau mengatakan globalisasi itu ditolak ataukah kita kembalikan, semua mahasiswa terdiam saat itu, lalu Bu Yayukpun kembali menyakan hal itu kembali kepada kami, dan akhirnya beberapa dari kami mengatakan ditolak dan ada yang mengatakan dikembalikan, lalu Bu Yayuk kembali melontarkan kembali pertanyaan, bagaimana cara kita menolak ataupun mengembalikan, sigap dari beberapa mahasiswa langsung mengatakan bahwa kita harus menyaring globalisasi itu, Bu Yayuk kembali melontarkan pertanyaan dengan apa kita akan menyaring globalisasi yang masuk ke Indonesia, lalu Bu Yayuk mengatakan bahwa dengan pancasila dan dengan nilai-nilai yang telah tertanam di Indonesia lah kita bisa menyaring dan memilah globalisasi yang masuk ke Indonesia.
Pada materi kali ini Bu Yayuk mengajak kami untuk melihat bagaimana globalisasi yang sebenaranya terjadi di Indonesia dan yang terjadi luar negeri terutam Amerika. Ternyata globalisasi yang terjadi Indonesia lebih kebarat-baratan dibanding globalisasi yang terjadi Amerika. Mengapa bisa seperti itu memang realita yang terjadi di Indonesia adalah seorang plagiator ulung. Kebanyakan masayrakat di Indonesia melakukan peniruan akan hal-hal yang tren diluar negeri tanpa mengerti alasan utama hal itu terjadi disana, terutama dibidang fashion.
Misal kita tahu di Amerika sedang terjadi musim panas sehingga kebanyakan orang-orang disana memakai baju yang tipis dan minimalis, hal ini ditiru oleh orang Indonesia padahal di Indonesia sendiri tidak ada musim panas melainkan musim tropis, ini membuktikan bahwa orang Indonesia adalah orang yang bodoh karena mereka meniru tanpa memfilter dan mengerti apa yang menjadi alasan orang-oarang dinegara maju melakukan tau mengenakan hal seperti itu.
Salah satu contoh lagi yang seharusnya hal ini tidak ditiru oleh orang di Indonesia, di saat musim dingin atau musim salju kondisi di Amerika sangatlah begitu dingin sehingga membuat orang disana mencari-cari cara untuk menghangatkan tubuh, mereka menghangatkan tubuh mereka dengan minum-minum anggur yang memabukkan, disana tidak akan begitu memabukkan karena disana memang cuaca dingin. Sedangkan yang terjadi di Indonesia menirunya dengan begitu saja, hanya dengan beralasan agar terlihat seperti orang-orang luar negri. Inilah yang mengakibatkan Indonesia dikatakan sebagai negara yang lebih kebarat-baratan.
Kalau kita berbicara tentang globalisasi pasti tidak akan lepas akan dengan yang namanya perkembangan tekhnologi informasi dan komunikasi yang begitu canggih dan pesat. Untuk sementara ini kita sebagai bangsa Indonesia hanya bisa mengimpor barang-barang tersebut dari luar negri, padahal dengan adanya globalisasi ini seharusnya Indonesia harus sudah bisa untuk membuat tekhnologi informasi dan komunikasi sendiri karena sekarang ilmu pengetahuan sendiri sudah sangat terbuka dan maju. Padahal sebenarnya di Indonesia banyak sekali orang-orang cerdas yang bisa untuk membuat hal itu, cuman tantangan atau masalah yang terjadi di Indonesia adalah kemalasan selain itu adanya pandangan dari pemerintah dan masyarakat yaitu bahwa apabila kita memproduksi barang atau alat itu sendiri maka akan membutuhkan biaya produksi yang sangat besar disbanding kita mengimpornya dari luar.
Namun apabila hal ini kita telaah lebih dalam sebenarnya hal ini tidak akan merugikan bangsa kita melainkan apabila hal ini digarap dengan serius maka akan banyak sekali menambah pendapatan negara dari hasil penjualan produksi tersebut, meski memang awalnya dalam memproduksinya dibutuhkan biaya yang sangat besar.  Jadi di Indonesia sekarang dibutuhkan pemimpin yang sadar akan pentingnya globalisasi.
Pertemuan 4 :
Pertemuan kali ini kembali lagi membahas globalisasi, namun pertemuan kali ini yang memaparkan materi adalah dari kelompok satu dan dari kelompok saya kelompok 2, kelompok 1 akan memaparkan globalisasi dalam gaya hidup yang terjadi di Indonesia, sadangkan kelompok saya memaparkan globalisasi dibidang pendidikan.
Pertemuan kali ini begitu mengundang pertanyaan banyak dari teman-teman satu kelas. Terutama saat pemaparan berjalan, ketika kelompok 1 memaparkan hasil makalah atau artikel yang mereka miliki, banyak sekali teman-teman yang melontarkan pertanyaan maupun sanggahan, namun yang saya amati kali ini bukan lah materi pemaparan dari kelompok 1, melainkan suasana yeng terjadi saat sesi pertanyaan dibuka, saat itu banyak sekali teman-teman yang ingin bertanya dan menyanggah, namun ketika dipersilahkan seseorang bertanya teman lain menyaanggah dengan tidak beraturan seperti orang yang tidak punya etika, saat itu kondisi diruangan sangat tidak kondusif semua orang saling bersaut sautan seperti kondisi orang sedang dipasar.
Ini mencerminkan bahwa mereka tidak punya etika dalam menyampaikan pendapat ataupun sanggahan dalam sebuah forum, mereka membuaka forum dalam sebuah forum. Ini membuktikan bahwa nilai etika yang dulu diagung-agungkan kini telah luntur dengan begitu saja. Padahal nilai etika ini adalah ciri khas dari bangsa Indonesia. Memang kita memiliki kebebasan untuk menyampaikan aspirasi dan pendapat, karena itu adalah hak dari setiap indifidu, namun hal itu juga harus diimbangi dengan tata aturan dan etika yang baik dalam menyampaikannnya. Sehingga pada saat itu ada salah seorang teman dari kempok saya anak hukum berdiri dan mengingatkan kepada teman yang lain untuk beretika dalam menyampaikan pendapat, dan tidak membuka sebuah forum dalam forum. Akhirnya kondisi ruangan saat itu dapat tertib kembali tidak seperti tadi.
Belajar dari pengalam yang terjadi di saat pemaparang yang di paparkan kelompok 1, akhirnya ketika kelompok saya maju, hal yang terjadi tidak terulang kembali di kelompok saya. Namun ketika kelompok saya memaparkan ada salah seorang penanya yang masih  belum puas akan jawaban yang telah disampaikan oleh teman saya, seketika saya menambahkan kembali jawaban yang tadi telah disampaikan. Pertanyaannya sebenarnya sim pel dan mudah, namun orangnya yang bertanya yang mungkin masih ragu, ia memperdebatkan tentang masalah bahasa inggris yang kami tampilkan dan kami gunakan di tayangan slide kami. Ia tidak setuju mengapa kami menggunakan bahasa inggris dalam tayangan slide kami, ia menganggap bahwa kami telah terpengaruh dampak negativ dari globalisasi. Tapi menurut kelopok kami yang kami lakukan bukanlah sebuah efek negativ melainkan malah efek positiv dari globalisasi. Karena apabila kita menguasai bahasa asing maka wawasan kita akan bertambah selain itu juga akan mempermudah kita nanti saat terjun atau menghadapi globalisasi.
Selain itu sekarang secara logika, jika memang bahasa inggris yang kami tayangkan dalam slide kami adalah sebuah efek negativ dari globalisasi, terus kenapa kita disekolah dan di kuliah ini ada pelajaran bahasa inggris. Itu semua adalah dikarenakan agar kita mampu ketika nanti terjun ke luar negri sehingga mudah untuk memahami komunikasi, mkarena kita tahu bahwa bahasa inggris adalah salah satu bahasa internasional. Dan tujuan kami menggunakan bahasa inggris di salah satu tayangan slide kami adalah untuk menarik perhatian para audience, sehingga audience mau mencari arti dari kalimat-kalimat itu.
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar