Jurnal Mata Kuliah Umum PKN Kelas PKn. 19
Tahun Angkatan 2014/2015
Disusun Oleh :
Nama : Abdul
Hasan Nurfitriyan
Nim :
140810201045
Pertemuan 1 :
Mata
kuliah PKN, pertama mendengar hal ini saya heran kenapa di kuliah masih ada
pelajran atau mata kuliah seperti ini, saya kira mata pelajaran ini hanya
dipelajari di SD, SMP, dan SMA. Saat itu langsung terbenak dalam pikiran saya
bagaimana pelajaran atau materi yang akan dipelajari di mata kuliah ini dan
bagaimana dosen yang akan mengajar mata kuliah ini. Pertama masuk di mata
kuliah ini dosen tidak hadir, maka langsung timbul pikiran negativ dari saya,
mungkin dosennya malas untuk mengajar mata kuliah yang tidak begitu penting ini
karena selalu mempelajari teori semata tanpa ada implementasi atau gerakan yang
real di masyarakat. Ketika pertemuan ke 2 terdapat tanda-tanda lagi bahwa dosen
pengampu mata kuliah ini akan tidak masuk lagi, dan saat itu jam mata kuliah
sudah tinggal setengah sks sehingga banyak mahasiswa yang pulang, kebanyakan
dari mereka menganggap bahwa sudah tidak mungkin dosen nya masuk, saat itu
mahasiswa yang tersisa tinggal 1/3 dari absen termasuk saya, saat itu saya juga
terpikir untuk pulang, ternyata saat saya hendak keluar dari ruangan ternyata
dosennya datang.
Dosen
mata kuliah ini bernama Bu Yayuk, ketika itu beliau minta maaf kalau kemarin
telat dan tidak masuk karena beliau ada mata kuliah lain yang bertabrakan
dengan mata kuliah ini. Saat itu beliau tidak langsung menjelaskan materi
pembelajaran, melainkan hanya perkenalan saja dari beliau, saat itupun saya
dibuat tercengan oleh beliau. Ternyata
dosen ini adalah dosen fantastic karena memiliki segudang pengalaman yang
mengesankan, beliau dulu mengenyam S1 Sastra Inggris di UNEJ, setelah itu
beliau mendapatkan beasiswa dari World Bank saat itu untuk melanjutkan S2 dan
S3 di Amerika, padahal beliau adalah hanya orang desa dan hanya anak seorang
petani. Namun beliau bekerja dan belajar dengan sungguh-sungguh hingga beliau
sehebat saat ini.
Cerita beliau ini sangat mengispirasi saya
untuk juga tergerak hatinya, bahwa anak orang desa dan anak seorang petani
seperti saya pasti bisa menggapai mimpinya dan mengenyam pendidikan yang tingi
untuk menganggkat harkat dan martabat orang tua dan bangsa. Bu Yayuk lalu
menceritakan lagi pengalam beliau sewaktu di Amerika disana beliau mendapat
cobaan yang begitu besar.
Beliau
mengalami kecelakaan yang mengakibatkan beliau lumpuh selama bertahun-tahun,
dan banyak mahasiswa teman-teman Bu Yayuk yang meninggal saat kecelakaan itu,
padahal saat itu Bu Yayuk masih harus menuntaskan kuliahnya di Amerika, namun
dengan keterbatasan seperti itu Bu Yayuk tetap terus berjuang untuk menuntaskan
kuliahnya. Disini saya tersadar bahwa impian yang tinggi pasti akan diikuti
dengan sebuah cobaan yang tinggi, dan ketika kita berhasil mengatasi cobaan
itu, maka kita akan menuai kesuksesan.
Pertemuan 2 :
Pertemuan
ke 2 ini Bu Yayuk menjelaskan bagaimana system pembelajaran yang akan beliau
terapkan di mata kuliah PKN ini. Di mata kuliah ini beliau akan memberikan
aksen dan warna baru di banding mata kuliah lain. Beliau mengatakan bahwa di
mata kuliah ini akan lebih mengacu pada kehidupan atau realitas yang terjadi
masyarakat dan bagaimana implementasi yang harus kita lakukan sebagai mahasiswa
di masyarakat nantinya. Jadi tidak hanya terpacu pada penjelasan materi semata.
Di
mata kuliah ini tidak akan di adakan uts maupun uas kata beliau namun di setiap
2 minggu sekali mahasiswa wajib menyetorkan jurnal yang isinya berkaitan dengan
pengalaman dari penjelasan yang telah disampaikan di pertemuan-pertemuan
sebelumnya. Selain itu dimata kuliah ini di bagi beberapa kelompok yang
nantinya setiap setelah pertemuan dosen yang memberikan materi, maka kelompok
itu minggu depannya wajib mempresentasikan kedpan sebuah artikel yang berkaitan
dengan materi yang sebelemnya telah disampaikan oleh dosen pengampu.
Untuk
masalah uas nanti kelompok-kelompok
kecil ini nantinya akan dijadikan menjadi 2 kelompok besar yang nantinya di 2
kelompok besar itu memiliki tugas masing-masing, 2 kelompok besar itu akan
mendirikan sebuah bank mini, dimana bank mini itu akan mengumpulkan
donasi-donasi dari msayarakat maupun mahasiswa yang nantinya berupa makanan
pokok atau pakaian bekas atau baru yang masih layak pakai. Nantinya hasil dari
bank ini akan dibagikan ke suatu daerah disekitar yang dianggap masyarakatnya
mayositas masih kurang mampu.
Disini
kami diajarkan Bu Yayuk bagaimana implementasi atau gerakan nyata yang harus
dilakukan mahasiswa berkaitan dengan mata kuliah PKN ini. Sebelumnya hal ini
belum pernah terbenak dalam pikiran saya kapan ada dosen yang seperti ini
sebelumnya, ternyata pikiran saya itu ternyata terjawab dengan adanya Bu Yayuk.
Karena hal-hal dan pikiran seperti ini lah yang saya tunggu untuk saya kerjakan
nantinya.
Berkaitan
dengan hal seperti itu saya mempunyai pengalaman yang sudah pernah saya lakukan
juga untuk masyarakat dan lingkungan. Ada sebuah kasus di lingkungan sekitar
rumah saya, disetiap musim penghujan datang seringkali terdapat genangan air di
jalan yang air genangan itu susah untuk mengalir melalui selogan, apa lagi
kalau hujannya sangat deras seringkali bisa dikatakan banjir kecil-kecilan lah
karena hanya di bagian jalan itu saja yang airnya susah mengalir.
Dengan
adanya kasus ini saya mencoba meneliti dan mencari solusinya agar hal itu tidak terjadi lagi, karena saai itu
saya juga mengikuti lomba Karya Ilmiah yang saat itu berkaitan dengan kasus
yang terjadi di lingkungan saya. Akhiranya saya mencari berbagai referensi dan
solusi bagaimana cara mengatasinya yaitu dengan menerapkan alat biopori di
lingkungan itu. Ketika saya memberikan dan mengajukan solusi itu ke RT ternyata
ditolak dan diremehkan, ternyata memang sulit untuk menumbuhkan jiwa dan
menyadarkan masyarakat, butuh adanya suatu pendekatan yang berulang ulang kali
hingga menyadarkan mereka bagaimana kesadaran terhadap lingkungan sekitar itu.
Ini membuktikan bahwasannya pendidikan memang sangat penting untuk diterapkan
dan ditanamkan agar kelak dimasyarakat bisa menumbuhkan kesadaran akan
pentingnya lingkungan dan kesdaran untuk saling bergotong royong memecahkan
masalah.
Pertemuan 3 :
Pertemuan
kali ini membahas tentang globalisasi, saat itu Bu Yayuk mengajukan pertanyaan
kepeda kami, beliau mengatakan globalisasi itu ditolak ataukah kita kembalikan,
semua mahasiswa terdiam saat itu, lalu Bu Yayukpun kembali menyakan hal itu
kembali kepada kami, dan akhirnya beberapa dari kami mengatakan ditolak dan ada
yang mengatakan dikembalikan, lalu Bu Yayuk kembali melontarkan kembali
pertanyaan, bagaimana cara kita menolak ataupun mengembalikan, sigap dari
beberapa mahasiswa langsung mengatakan bahwa kita harus menyaring globalisasi
itu, Bu Yayuk kembali melontarkan pertanyaan dengan apa kita akan menyaring
globalisasi yang masuk ke Indonesia, lalu Bu Yayuk mengatakan bahwa dengan
pancasila dan dengan nilai-nilai yang telah tertanam di Indonesia lah kita bisa
menyaring dan memilah globalisasi yang masuk ke Indonesia.
Pada
materi kali ini Bu Yayuk mengajak kami untuk melihat bagaimana globalisasi yang
sebenaranya terjadi di Indonesia dan yang terjadi luar negeri terutam Amerika.
Ternyata globalisasi yang terjadi Indonesia lebih kebarat-baratan dibanding
globalisasi yang terjadi Amerika. Mengapa bisa seperti itu memang realita yang
terjadi di Indonesia adalah seorang plagiator ulung. Kebanyakan masayrakat di
Indonesia melakukan peniruan akan hal-hal yang tren diluar negeri tanpa
mengerti alasan utama hal itu terjadi disana, terutama dibidang fashion.
Misal
kita tahu di Amerika sedang terjadi musim panas sehingga kebanyakan orang-orang
disana memakai baju yang tipis dan minimalis, hal ini ditiru oleh orang
Indonesia padahal di Indonesia sendiri tidak ada musim panas melainkan musim
tropis, ini membuktikan bahwa orang Indonesia adalah orang yang bodoh karena
mereka meniru tanpa memfilter dan mengerti apa yang menjadi alasan orang-oarang
dinegara maju melakukan tau mengenakan hal seperti itu.
Salah
satu contoh lagi yang seharusnya hal ini tidak ditiru oleh orang di Indonesia,
di saat musim dingin atau musim salju kondisi di Amerika sangatlah begitu
dingin sehingga membuat orang disana mencari-cari cara untuk menghangatkan
tubuh, mereka menghangatkan tubuh mereka dengan minum-minum anggur yang
memabukkan, disana tidak akan begitu memabukkan karena disana memang cuaca
dingin. Sedangkan yang terjadi di Indonesia menirunya dengan begitu saja, hanya
dengan beralasan agar terlihat seperti orang-orang luar negri. Inilah yang
mengakibatkan Indonesia dikatakan sebagai negara yang lebih kebarat-baratan.
Kalau
kita berbicara tentang globalisasi pasti tidak akan lepas akan dengan yang
namanya perkembangan tekhnologi informasi dan komunikasi yang begitu canggih
dan pesat. Untuk sementara ini kita sebagai bangsa Indonesia hanya bisa
mengimpor barang-barang tersebut dari luar negri, padahal dengan adanya
globalisasi ini seharusnya Indonesia harus sudah bisa untuk membuat tekhnologi
informasi dan komunikasi sendiri karena sekarang ilmu pengetahuan sendiri sudah
sangat terbuka dan maju. Padahal sebenarnya di Indonesia banyak sekali
orang-orang cerdas yang bisa untuk membuat hal itu, cuman tantangan atau
masalah yang terjadi di Indonesia adalah kemalasan selain itu adanya pandangan
dari pemerintah dan masyarakat yaitu bahwa apabila kita memproduksi barang atau
alat itu sendiri maka akan membutuhkan biaya produksi yang sangat besar
disbanding kita mengimpornya dari luar.
Namun
apabila hal ini kita telaah lebih dalam sebenarnya hal ini tidak akan merugikan
bangsa kita melainkan apabila hal ini digarap dengan serius maka akan banyak
sekali menambah pendapatan negara dari hasil penjualan produksi tersebut, meski
memang awalnya dalam memproduksinya dibutuhkan biaya yang sangat besar. Jadi di Indonesia sekarang dibutuhkan pemimpin
yang sadar akan pentingnya globalisasi.
Pertemuan 4 :
Pertemuan
kali ini kembali lagi membahas globalisasi, namun pertemuan kali ini yang
memaparkan materi adalah dari kelompok satu dan dari kelompok saya kelompok 2,
kelompok 1 akan memaparkan globalisasi dalam gaya hidup yang terjadi di
Indonesia, sadangkan kelompok saya memaparkan globalisasi dibidang pendidikan.
Pertemuan
kali ini begitu mengundang pertanyaan banyak dari teman-teman satu kelas.
Terutama saat pemaparan berjalan, ketika kelompok 1 memaparkan hasil makalah
atau artikel yang mereka miliki, banyak sekali teman-teman yang melontarkan
pertanyaan maupun sanggahan, namun yang saya amati kali ini bukan lah materi
pemaparan dari kelompok 1, melainkan suasana yeng terjadi saat sesi pertanyaan
dibuka, saat itu banyak sekali teman-teman yang ingin bertanya dan menyanggah,
namun ketika dipersilahkan seseorang bertanya teman lain menyaanggah dengan
tidak beraturan seperti orang yang tidak punya etika, saat itu kondisi
diruangan sangat tidak kondusif semua orang saling bersaut sautan seperti
kondisi orang sedang dipasar.
Ini
mencerminkan bahwa mereka tidak punya etika dalam menyampaikan pendapat ataupun
sanggahan dalam sebuah forum, mereka membuaka forum dalam sebuah forum. Ini
membuktikan bahwa nilai etika yang dulu diagung-agungkan kini telah luntur
dengan begitu saja. Padahal nilai etika ini adalah ciri khas dari bangsa
Indonesia. Memang kita memiliki kebebasan untuk menyampaikan aspirasi dan pendapat,
karena itu adalah hak dari setiap indifidu, namun hal itu juga harus diimbangi
dengan tata aturan dan etika yang baik dalam menyampaikannnya. Sehingga pada
saat itu ada salah seorang teman dari kempok saya anak hukum berdiri dan
mengingatkan kepada teman yang lain untuk beretika dalam menyampaikan pendapat,
dan tidak membuka sebuah forum dalam forum. Akhirnya kondisi ruangan saat itu
dapat tertib kembali tidak seperti tadi.
Belajar
dari pengalam yang terjadi di saat pemaparang yang di paparkan kelompok 1,
akhirnya ketika kelompok saya maju, hal yang terjadi tidak terulang kembali di
kelompok saya. Namun ketika kelompok saya memaparkan ada salah seorang penanya
yang masih belum puas akan jawaban yang
telah disampaikan oleh teman saya, seketika saya menambahkan kembali jawaban
yang tadi telah disampaikan. Pertanyaannya sebenarnya sim pel dan mudah, namun
orangnya yang bertanya yang mungkin masih ragu, ia memperdebatkan tentang
masalah bahasa inggris yang kami tampilkan dan kami gunakan di tayangan slide
kami. Ia tidak setuju mengapa kami menggunakan bahasa inggris dalam tayangan
slide kami, ia menganggap bahwa kami telah terpengaruh dampak negativ dari
globalisasi. Tapi menurut kelopok kami yang kami lakukan bukanlah sebuah efek
negativ melainkan malah efek positiv dari globalisasi. Karena apabila kita
menguasai bahasa asing maka wawasan kita akan bertambah selain itu juga akan
mempermudah kita nanti saat terjun atau menghadapi globalisasi.
Selain
itu sekarang secara logika, jika memang bahasa inggris yang kami tayangkan
dalam slide kami adalah sebuah efek negativ dari globalisasi, terus kenapa kita
disekolah dan di kuliah ini ada pelajaran bahasa inggris. Itu semua adalah
dikarenakan agar kita mampu ketika nanti terjun ke luar negri sehingga mudah untuk
memahami komunikasi, mkarena kita tahu bahwa bahasa inggris adalah salah satu
bahasa internasional. Dan tujuan kami menggunakan bahasa inggris di salah satu
tayangan slide kami adalah untuk menarik perhatian para audience, sehingga
audience mau mencari arti dari kalimat-kalimat itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar