Cara Membuat Biopori
a. Pengertian Biopori
Biopori berasal dari kata bio yang artinya makluk hidup, pore
artinya cela atau lubang kecil. Jadi Biopori adalah lubang atau cela kecil yang
ditimbulkan oleh aktifitas makluk hidup di dalam tanah. Biopori merupakan
lubang – lubang kecil di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktifitas
organisme seperti rayap, cacing,perakaran tanaman,dan fauna lainnya. Dinamakan biopori karena memanfaatkan
aktivitas fauna tanah atau akar tanaman (bio) yang membentuk
lubang-lubang terowongan kecil (pore) di dalam tanah. Agar terbentuk
sejumlah biopori didalam tanah , maka kita memfasilitasi lubang vertikal yang
diisi paralon dan sampah organik untuk kita masukkan kedalam paralon secara
periodik. Biopori bukan lubang vertikal yang kita buat, tetapi lubang kecil didalam tanah
akibat aktifitas organisme di dalam tanah.
b.
Media yang perlu kita siapkan dalam pembuatan biopori adalah :
1. Lubang Resapan Biopori ( LRB )
Untuk membuat lubang resapan biopori , bahan yang
perlu kita siapkan adalah :
·
Alat
pembuat lubang, ada yang berbentuk screw dan juga ada yang berbentuk garpu
(seperti supit kepiting)
·
Pipa
paralon Ø 10 cm, panjang 30 cm beserta tutupnya yang sudah dilubangi
·
Semen
, pasir sebagai sebagai media untuk melakukan pengerasan dipermukaan tanah
sekitar lubang resapan, agar tidak terjadi erosi.
·
Centong/cetok
·
Linggis
2. Sampah Organik
Sampah organik
yang perlu dipersiapkan adalah sisa dapur , sampah kebun yang terbebas besi, plastik , baterai dll.
Diupayakan sampah yang dimasukkan dalam sebuah lubang sejenis , sehingga
memudahkan kita menentukan waktu memanen kompos yang dihasilkan. Sampah dapur
dapat dipanen selama 2- 4 minggu, sedang sampah kebun dapat dipanen 2 – 3
bulan. Namun jenis tanah juga
sangat menentukan, tanah lempung lebih lama proses penghancuranya.
Lokasi Pembuatan Lubang Biopori
Lubang
biopori sebaiknya dibuat di tempat-tempat dimana air akan menggenang pada
saat hujan. Air hujan diarahkan sedemikian rupa sehingga mengalir ke
lubang resapan biopori yang dibuat. Sebagai kompensasi terhadap pengerasan atau
bidang kedap yang berupa bangunan, halaman yang diperkeras ( pemasangan paving
– bloc ), jalan beraspal, atau bentuk-bentuk penutupan permukaan tanah lainnya,
lubang resapan biopori tidak hanya dibuat satu buah, melainkan dibuat banyak.
Lubang resapan biopori dapat dibuat pada :
* Halaman Rumah:
Pembuatan
lubang resapan biopori di halaman selain memperhatikan unsur artistik atau
keindahan, sebaiknya juga memperhatikan unsur keamanan. Meskipun hanya
berdiameter kecil (10 cm) tetapi dapat menyebabkan kecelakaan, terutama bagi
anak-anak. Lubang resapan biopori dapat dibuat di pinggir halaman dimana air
hujan dapat mengalir ke lubang yang dibuat. Pembuatan lubang resapan biopori di
halaman disesuaikan dengan kontur tanah.
*
Taman Kota:
Lokasi
pembuatan lubang biopori di taman dapat dilihat pada contoh gambar di atas ini.
Lubang resapan biopori dibuat sesuai dengan kontur taman atau bisa pula dibuat
di sekeliling pohon. Pembuatan lubang resapan biopori mengelilingi pohon juga
dapat berfungsi sebagai pupuk organik bagi tanaman sekaligus meningkatkan
ketersediaan cadangan air sehingga akan menyuburkan tanaman.
* Saluran
Pembuangan Air:
Lubang resapan biopori juga dapat dibuat pada saluran
pembuangan air, sehingga saluran pembuangan air juga berfungsi menjadi tempat
peresapanair.Pembuatan lubang resapan biopori sebaiknya disesuaikan dengan
kontur tanah yang ada atau pada dasar alur-alur yang sengaja dibuat untuk
mengumpulkan serta mengarahkan air masuk ke dalam lubang biopori. Pembuatan
lubang resapan biopori pada dasar alur tersebut juga cenderung lebih aman
karena pada umumnya manusia tidak suka berjalan melewati daerah alur, sehingga dapat
menghindari kaki terperosok ke dalam lubang.
* Sekolah, Rumah sakit, Perkantoran, Perusahaan
, kanan – kiri jalan raya :
Pada umumnya bangunan sekolah, rumah sakit ,
perkantoran dan perusahaan, memilih pemasangan paving – blok, untuk menjaga kebersihan
, keindahan dan menghindari kondisi becek pada saat hujan dan jalan raya yang
tertutup aspal . Penutupan permukaan tanuh dengan pemasangan paving – bloc /
aspal membuat tekstur tanah mengeras karena cadangan air didalam tanah
berkurang. Sebagai kompensasinya perlu dibuatkan Lubang Resapan Biopori.
Penerapan Konsep Biopori sebagai Tehnik
Konservasi Sederhana
Konservasi tanah dan air adalah upaya
untuk penggunaan lahan sesuai dengan syarat – syarat yang diperlukan agar tidak
terjadi kerusakan lahan. Jadi tujuan utama dari konservasi air dan tanah adalah untuk mempertahankan tanah dan
air dari kerusakaan dan kehilangan akibat erosi, sedimentasi, banjir , sehingga
dapat dimanfaatkan secara optimal dan lestari untuk sebesar – besarnya kemakmuran rakyat .( Suryatri : 2009 )
Penerapan teknik konservasi tanah dan air
dapat dilakukan dengan teknik Vegetasi, Kimiawi
dan sipil teknik. Penerapan
Teknik vegetasi berupa penanaman vegetasi tetap, budidaya tanaman lorong, strip
rumput.Penerapan teknik kimiawi berupa pemberian mulsa,bitumen zat kimia.
Sedang sipil teknis berupa pembuatan dam pengendali,dam penahan, teras,
perlindungan kanan kiri tebing sugai, embung, parit buntu, dan konsep biopori.
Penerapan konsep biopori sebagai teknik
konservasi sederhana ditempuh dengan cara mengkombinasi antara luas bidang resapan dan adanya biopori
secara bersama-sama untuk meningkatkan kemampuan tanah dalam meresapkan air
sehingga mencegah banjir juga dapat meningkatkan cadangan air tanah.Peningkatan
luas bidang resapan ditempuh dengan cara membuat lubang biopori , sedang
peningkatan jumlah biopori ditempuh dengan cara mengisi bahan organik kedalam
lubang vertikal di dalam tanah yang
disebut Lubang Resapan Biopori .( Suryatri : 2009 )
Bila kita
membuat lubang vertikal di dalam tanah, maka jumlah lubang biopori semakin
banyak.Lubang biopori akan terisi udara, dan akan menjadi tempat berlalunya air
dalam tanah. Bila lubang-lubang seperti ini dibuat dalam jumlah banyak maka
kemampuan sebidang tanah untuk meresapkan air akan meningkat. Meningkatnya
kemampuan tanah dalam meresapkan air akan memperkecil peluang terjadinya aliran
air di permukaan tanah. Hal ini akan mengurangi bahaya banjir yang mungkin
terjadi. Lubang-lubang ini berfungsi menyerap air, menyaring air bersih,
mengurai sampah organik, serta menjaga unsur hara pada tanah.
Peningkatan
jumlah biopori dapat dilakukan dengan memasukkan bahan-bahan organik seperti
daun-daun kering, potongan rumput, atau tanaman, serta sampah organik rumah
tangga kedalam lubang vertikal yang kita buat di dalam tanah . Bahan-bahan
organik ini dijadikan sumber energi bagi organisme hidup di dalam tanah. Fauna
tanah seperti cacing dan semut, akan datang dengan sendirinya ke dalam lubang
untuk mencari perlindungan dan bahan makanan. Fauna tanah tersebut akan
berkembang biak menciptakan biopori yang dapat mempercepat laju peresapan air
dalam lubang serta mempercepat perombakan sampah organik menjadi kompos
Peningkatan aktivitas organisme tersebut akan meningkatkan jumlah biopori yang
terbentuk.
Jadi inti penerapan konsep biopori sebagai
teknik konservasi adalah upaya mempercepat laju peresapan air , yang
ditempuh dengan cara meningkatkan jumlah biopori melalui kegiatan peningkatkan luas
permukaan resapan dan aktifitas
organisme tanah.
Efektifitas penerapan konsep biopori
sebagai tehnik Konservasi untuk mengantisipasi banjir
a.
Banjir
Banjir merupaakan peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air
yang meningkat.Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di
suatu tempat akibat hujan besar,
peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai.Di banyak daerah tanahnya mempunyai daya serapan air yang
buruk, atau jumlah curah hujan melebihi kemampuan tanah untuk menyerap air. Ketika
hujan turun, yang kadang terjadi adalah banjir secara tiba-tiba yang
diakibatkan terisinya saluran air kering dengan air. Ada beberapa factor yang melatar belakangi
banjir :
1.
Factor
kondisi alam misalnya topografi, letak geografis dataran, geometri sungai
seperti penciutan sungai yang disebabkan proses pengendapan pada daerah
meander, jenis kemiringan sungai dan erosil.
2.
Factor
ulah manusia, factor ini banyak mengambil andil dalam proses penyebabkan banjir
yaitu pengundulan hutan pada daerah pengunungan tanpa ada proses
pertanggungjawaban, pembuangan sampah ke anak sungai, selokan yang banyak
dilakukan oleh warga kota, kurang ada kesadaran pada lapisan masyarakat untuk
melakukan penanaman pada daerah kosong, pemasanagn paving blok yang menyebabkan
hilangnya system drainase pada tanah yang bisa menyebabkan air hujan tidak ada
penghambatnya untuk meresap ke tanah sehingga langsung menuju ke selokan, serta
tidak adanya lahan hijau pada daerah perkotaan sebagai suplai oksigen dan
sumber cadangan kandungan air dalam tanah.
3.
Factor
kejadian alam seperti jurah hujan yang tinggi, gempa bumi, tanah longsor,
proses pemanasan global yang menyebabkan
naiknya volume air laut yang menebabkan sering terjadi laut pasang
(rop), jebolnya tanggul sungai atau waduk, proses pengendapan dll.
Banjir
pada umumnya disebabkan curah hujan yang tinggi di atas normal sehingga sistem
pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem
drainase dan kanal penampung banjir buatan yang ada tak mampu menampung
akumulasi air hujan sehingga meluap. Daya tampung sistem pengaliran air tak
selamanya sama tapi berubah akibat sedimentasi, penyempitan sungai, tersumbat
sampah serta hambatan lainnya. Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan
(catchment area) juga menyebabkan peningkatan debit banjir sehingga
debit air yang masuk ke dalam sistem aliran menjadi tinggi sehingga melampaui
kapasitas pengaliran dan memicu terjadinya erosi lahan curam yang menyebabkan
sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya. Di samping itu
berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit
banjir. Pada daerah permukiman yang padat dengan bangunan sehingga daerah
resapan air ke dalam tanah berkurang, jika terjadi hujan dengan curah hujan yang
tinggi sebagian air akan menjadi aliran air permukaan yang langsung masuk ke
dalam sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan mengakibatkan
banjir. Parameter Banjir, Parameter
atau tolok ukur ancaman/bahaya dapat ditentukan berdasarkan :
1.
Luas genangan (km2 . ha)
2.
Ketinggian banjir (m)
3.
Kecepatan aliran (m/detik, km/jam)
4.
Material yang dihanyutkan (batu, pohon, benda keras
lainnya)
5.
Endapan lumpur (m, cm)
6.
Lamanya
genangan (jam, hari, minggu)
7.
Frekuensi kejadian
b.
Efektifitas penerapan Konsep Biopori dalam
mengurangi genangan
air/banjir.
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam penerapan konsep Biopori:
1.
Pemasangan
lubang biopori diprioritaskan pada lahan yang menjadi tempat
berkumpulnya air
2.
Jumlah
Lubang Resapan Biopori harus sesuai dengan rumus yang ada.
3.
Jangan
lupa perawatan secara periodik dengan mengambil kompos yang ada
didalamnya dan mengisi kembali dengan
sampah organik.
4.
Upayakan
diameter paralon tidak terlalu besar agar tidak memperbesar beban
5.
air
yang masuk . Semakin besar beban air yang masuk , bidang resapan
semakin kecil.
6.
Biar
lebih aman dan tidak mengganggu keindahan, pemasangan lubang
biopori dilakukan di pinggir halaman.
7.
Untuk
lubang biopori yang dibuat di saluran air, perhatikan kontur tanah, buat
alur – alur yang dapat mengumpulkan dan
mengarahkan air masuk ke lubang
resapan .
8.
Penggalian
lubang upayakan diatas permukaan air tanah.
9.
Khusus
taman , pemasangan lubang resapan selain
dibuat mengelilingi pohon atau berbentuk segitiga juga harus memperhatikan kontur
tanah.
c.
Aturan teknis pembuatan Lubang Resapan Biopori (LRB)
*
Jumlah lubang yang perlu dibuat dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan:
Jumlah LRB = Intensitas Hujan ( mm/jam x
Luar Bidang Kedap ( m2 )
Laju Peresapan Air per Lubang (
Liter /jam )
Pada 100 m2 bidang kedap
dengan intensitas hujan lebat 50 mm/jam dan laju peresapan air per lubang 3
liter/menit atau 180 liter/jam, perlu dibuat lubang resapan biopori sebanyak
(50 x 10)/180 atau 28 lubang. Jadi lahan seluas 100 m 2 idialnya dipadang 30
titik.
Apabila lubang biopori dibuat dengan
diameter 10 cm dan kedalaman 100 cm, maka setiap lubang dapat menampung sampah
organik lebih kurang 7,8 l. Setiap lubang dapat diisi sampah organik selama 2
sampai 3 hari. Dengan demikian 28 lubang yang dibuat tersebut baru dapat
dipenuhi sampah organik selama 56 sampai 84 hari.
* Perawatan
Dalam selang waktu tertentu, lubang biopori yang
diisi sampah organik akan menjadi kompos dan siap untuk dipanen. Setelah
diambil komposnya, lubang biopori tersebut dapat diisi lagi dengan sampah
organik baru, begitu seterusnya.
d.
Efektifitas Penerapan Konsep Biopori dalam mengantisipasi Banjir
Pembuatan
lubang resapan biopori akan memperluas bidang permukaan
peresapan air seluas permukaan dinding lubang. Suatu permukaan tanah berbentuk lingkaran
dengan diameter 10 cm yang semula mempunyai bidang permukaan resapan 79 cm2
setelah dibuat lubang resapan biopori dengan kedalaman 100 cm, luas bidang
resapannya menjadi 0,3 m2. Terjadi pertambahan luas bidang peresapan sampai 40
kali. Permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan diameter 100 cm yang semula
mempunyai bidang permukaan bidang resapannya menjadi 3,14 m2. Terjadi
pertambahan luas bidang peresapan 4 kali.
Diameter lubang yang kecil akan mempunyai
pertambahan luas bidang peresapan yang lebih besar sehingga lubang resapan
biopori dibuat dengan diameter kecil. Lubang resapan biopori yang dibuat dengan
diameter kecil akan mengurangi beban resapan, sehingga laju peresapan air dapat
dipertahankan. Beban resapan adalah volume air yang masuk ke dalam lubang
dibagi luas permukaan resapan (dinding dan dasar lubang).
Peningkatan diameter lubang meningkatkan
beban resapan dan mengurangi pertambahan luas bidang resapan. Kombinasi antara
luas bidang resapan dan adanya biopori secara bersama-sama akan meningkatkan
kemampuan tanah dalam meresapkan air. Peresapan air hujan ini selain dapat
mencegah banjir juga dapat meningkatkan cadangan air tanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar