a. Sejarah Sunan Ampel
Sunan Ampel
mempunyai nama asli Achmad Rachmatullah, beliau lahir pada tahun 1356 masehi /
756 hijriah. Sunan Ampel mempunyai ibu yaitu Putri Campa dengan ayahnya yang
bernama Ibrahim bin Jamaludin Asmarkan, dari nama ayahnya yang belakangnya
Asmarkan inilah dapat diketahui bahwa Sunan Ampel berasal dari Samarkan di
daerah Rusia bagian selatan.
Sunan Ampel datang
ke Indonesia pada tahun 1390 masehi / 790 hijriah bersama ayahnya dan
saudaranya untuk menemui bibinya di Kerajaan Majapahit yaitu putri campa yang
bernama Dwarawati selir Raja Majapahit, Sunan Ampel datang ke Indonesia untuk
menyebarkan agama Islam karena pada saat itu di Kerajaan Majapahit sedang
terjadi krisis
moral karena keruntuhan Kerajaan Majapahit sepeninggalnya Patih Gajahmada dan
Raja Hayam Wuruk diperparah lagi dengan adanya perang Paregreg atau perang
saudara untuk memperebutkan kekuasaan tahta kerajaan majapahit.
Semasa hidupnya Sunan Ampel mempunyai 2 orang isteri
yaitu isteri pertama adalah Dewi
Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo Al-Abbasyi dan isteri ke dua adalah Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Dengan Nyai Ageng Manila
Sunan Ampel dikaruniai 5 orang anak yaitu Maulana Mahdum Ibrahim/Raden
Mahdum Ibrahim/ Sunan Bonang, Syarifuddin/Raden Qasim/Sunan Drajat, Siti
Syarifah/ Nyai Ageng Maloka isteri Sunan Kudus, Siti Muthmainnah, Siti Hafsah.
Sedangkan dengan Dewi Karimah beliaua dikaruniai 6 orang anak yaitu Dewi
Murtasiyah/ Istri Sunan Giri, Dewi Murtasimah/ Asyiqah/ Istri Raden Patah,
Raden Husamuddin (Sunan Lamongan), Raden Zainal Abidin (Sunan Demak), Pangeran
Tumapel, Raden Faqih (Sunan Ampel 2). Sunan Ampel atau Achmad Rachmatullah
wafat pada tahun 1449 masehi / 849 hijriah, beliau wafat pada usia 93 tahun.
b. Silsilah
Sunan Ampel
1. Sunan Ampel/ Raden Achmat
Rachmatullah bin
2. Maulana
Malik Ibrahim/ Ibrahim
bin
3. Syaikh
Jumadil Kubro /Jamaludin Akbar al-Husaini bin
4. Ahmad Jalaludin Khan bin
5. Abdullah Khan bin
6. Abdul Malik Al-Muhajir
(Nasrabad,India) bin
7. Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin
8. Muhammad
Sohib Mirtab
(Hadhramaut) bin
9. Ali Kholi' Qosam bin
10. Alawi Ats-Tsani bin
11. Muhammad Sohibus Saumi'ah bin
12. Alawi Awwal bin
13. Ubaidullah bin
14. Ahmad
al-Muhajir bin
15. Isa Ar-Rumi bin
16. Muhammad An-Naqib bin
17. Ali
Uraidhi bin
18. Ja’far
ash- Shadiq bin
19. Muhammad
al-Baqir bin
20. Ali
Zainal Abidin bin
21. Imam
Husain bin
22. Ali
bin Abi Thalib dan Fatimatus
az-Zahra bin
23. Muhammad
Jadi, Sunan Ampel memiliki darah Uzbekistan
dan Champa dari ibu. Tetapi dari ayah leluhur mereka adalah keturunan langsung
dari Ahmad al-Muhajir, Hadhramaut. Bermakna mereka termasuk keluarga besar
Saadah Ba Alawi. Dan Sunan Ampel merupakan keturunan Nabi Muhammad yaitu
penyebar agama Islam pertama di Dunia.
c.
Penafsiran
tentang Sunan Ampel
Ada beberpa pendapat dan penafsiran
tentan Sunan Ampel dianataranya adalah :
a. Dalam catatan kronik Cina dari
Klenteng Sam Po Kong, Sunan Ampel dikenal sebagai Bong Swi Hoo, cucu dari Haji Bong Tak
Keng - seorang Tionghoa (suku Hui beragama Islam Mazhab Hanafi) yang ditugaskan
sebagai Pimpinan Komunitas Cina di Campa oleh Sam Po Bo. Sedangkan Yang Mulia Ma Hong Fu - menantu Haji Bong Tak
Keng ditempatkan sebagai duta besar Tiongkok di pusat kerajaan Majapahit,
sedangkan Haji Gan En Cu juga telah ditugaskan sebagai kapten Cina di Tuban.
Haji Gan En Cu kemudian menempatkan menantunya Bong Swi Hoo sebagai kapten Cina di Jiaotung (Bangil). Sementara itu seorang
putri dari Kyai Bantong (versi
Babad Tanah Jawi) alias Syaikh Bantong
(alias Tan Go Hwat menurut
Purwaka Caruban Nagari) menikah dengan Prabu Brawijaya V (alias Bhre Kertabumi)
kemudian melahirkan Raden Patah. Namun tidak diketahui apakah ada hubungan
antara Ma Hong Fu dengan Kyai Bantong.
b. Dalam
Serat Darmo Gandhul, Sunan Ampel disebut Sayyid Rahmad merupakan keponakan dari
Putri Champa permaisuri Prabu Brawijaya yang merupakan seorang muslimah. Raden
Rahmat dan Raden Santri adalah anak Makhdum Ibrahim (putra Haji Bong Tak Keng),
keturunan suku Hui dari Yunan yang merupakan percampuran bangsa Han/Tionghoa
dengan bangsa Asia Tengah (Samarkan). Raden Rahmat, Raden Santri dan Raden
Burereh/Abu Hurairah (cucu raja Champa) pergi ke Majapahit mengunjungi bibi
mereka bernama Dwarawati puteri raja Champa yang menjadi permaisuri raja
Brawijaya. Raja Champa saat itu merupakan seorang muallaf. Raden Rahmat, Raden
Santri dan Raden Burereh akhirnya tidak kembali ke negerinya karena Kerajaan
Champa dihancurkan oleh Kerajaan Veit Nam.
c. Menurut
Hikayat Banjar dan Kotawaringin (Hikayat Banjar resensi I), nama asli Sunan
Ampel adalah Raja Bungsu, anak Sultan Pasai. Beliau datang ke Majapahit
menyusul/menengok kakaknya yang diambil istri oleh Raja Mapajahit. Raja
Majapahit saat itu bernama Dipati Hangrok dengan mangkubuminya Pati Maudara
(kelak Brawijaya VII) . Dipati Hangrok (alias Girindrawardhanan alias Brawijaya
VI) telah memerintahkan menterinya Gagak Baning melamar Putri Pasai dengan
membawa sepuluh buah perahu ke Pasai. Sebagai Kerajaan Islam, mulanya Sultan
Pasai keberatan jika Putrinya dijadikan istri Raja Majapahit, tetapi karena
takut binasa kerajaannya akhirnya Putri tersebut diberikan juga. Putri Pasai
dengan Raja Majapahit memperoleh anak laki-laki. Karena rasa sayangnya Putri
Pasai melarang Raja Bungsu pulang ke Pasai. Sebagai ipar Raja Majapahit, Raja
Bungsu kemudian meminta tanah untuk menetap di wilayah pesisir yang dinamakan
Ampelgading. Anak laki-laki dari Putri Pasai dengan raja Majapahit tersebut
kemudian dinikahkan dengan puteri raja Bali. Putra dari Putri Pasai tersebut
wafat ketika istrinya Putri dari raja Bali mengandung tiga bulan. Karena
dianggap akan membawa celaka bagi negeri tersebut, maka ketika lahir bayi ini
(cucu Putri Pasai dan Brawijaya VI) dihanyutkan ke laut, tetapi kemudian dapat
dipungut dan dipelihara oleh Nyai Suta-Pinatih, kelak disebut Pangeran Giri.
Kelak ketika terjadi huru-hara di ibukota Majapahit, Putri Pasai pergi ke tempat
adiknya Raja Bungsu di Ampelgading. Penduduk desa-desa sekitar memohon untuk
dapat masuk Islam kepada Raja Bungsu, tetapi Raja Bungsu sendiri merasa perlu
meminta izin terlebih dahulu kepada Raja Majapahit tentang proses islamisasi
tersebut. Akhirnya Raja Majapahit berkenan memperbolehkan penduduk untuk
beralih kepada agama Islam. Petinggi daerah Jipang menurut aturan dari Raja
Majapahit secara rutin menyerahkan hasil bumi kepada Raja Bungsu. Petinggi
Jipang dan keluarga masuk Islam. Raja Bungsu beristrikan puteri dari petinggi
daerah Jipang tersebut, kemudian memperoleh dua orang anak, yang tertua seorang
perempuan diambil sebagai istri oleh Sunan Kudus (tepatnya Sunan Kudus
senior/Undung/Ngudung), sedang yang laki-laki digelari sebagai Pangeran Bonang.
Raja Bungsu sendiri disebut sebagai Pangeran Makhdum.
a.
Sejarah Masjid
Agung Sunan Ampel
Masjid
Agung Sunan Ampel didirikan pada tahun 1396 masehi / 796 hijriah oleh Sunan
Ampel atau Achmad Rachmatullah dibantu oleh Mbah Soleh dan Mbah Bolong serta
para santri lainnya atas izin Kerajaan Majapahit. Dari
Raja Majapahit, Sunan Ampel mendapat pinjaman tanah Dento yang kemudian menjadi
Denti Ampel yang akhirnya menjadi Ampel dan sekarang dikenal dengan nama jl. Ampel Masjid no. 53, Kelurahan Ampel
Masjid, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya, Jawa Timur. Pada
tahun 1972 Kawasan Masjid Agung
Sunan Ampel telah ditetapkan menjadi tempat wisata religi oleh Pemkot Surabaya.
Masjid Sunan Ampel merupakan
masjid tertua ke tiga di Indonsia.
Masjid
ini mengalami perluasan pertama kali oleh Adipati Aryo Cokronegoro, kemudian
pada tahun 1926 oleh Adipati Regent Raden Nitiadiningrat. Oleh panitia yang
dibentuk khusus pada tahun 1954, dilakukan perluasan menjadi 2.069 meter
persegi. dan tahun 1974 diperluas lagi menjadi 5.624,84 meter persegi. Masjid
ini dulunya menjadi pusat syiar agama Islam di wilayah Timur pulau Jawa. Di
belakang masjid ini terdapat kompleks pemakaman Sunan Ampel, dimana pada
kompleks pemakaman ini sendiri terdapat makam Achmad Rachmatullah atau Sunan
Ampel, makam Mbah Soleh, makam Mbah bolong, Makam Para Santri Sunan Ampel, dan
makam Keturunan Sunan Ampel yang sudah meninggal.Masjid yang saat ini menjadi
salah satu obyek wisata religi di Kota Surabaya ini, mempunyai arsitektur
bangunan yang bergaya Jawa, Cina, dan Eropa.
Masjid
ini dibangun Sunan Ampel dengan Mbah Soleh dan Mbah Bolong serta para santri
Sunan Ampel lainnya. Berdasarkan narasumber yaitu Zeid Mohamad salah seorang
keturunan Sunan Ampel yang sekarang menjadi juru kunci masjid dan kompleks
makam Sunan Ampel, mengatakan bahwa dulunya ke 16 tiang saka yang ada di dalam
masjid didirikan hanya dalam waktu semalam, tiang ini mempunyai tinggi 17
meter, dan tiang ini dibuat dari kayu besi utuh dari hutan. Ke 16 tiang saka
ini mempunyai makna atau filosofi yaitu jumlah huruf pada kalimat syahadat yang
digunakan sebagai syarat yang harus duucapkan untuk dapat memeluk agama Islam
sedangkan tinggi tiang yang 17 m ini juga mempunyai arti tersendiri yaitu
jumlah rakat shalat fardhu lima waktu dalam sehari semalam.
Mbah
soleh adalah seorang santri Sunan Ampel yang ahli dalam hal perkayuan. Pada
saat bangunan masjid belum selesai Mbah soleh telah meninggal mendahului Sunan
Ampel, dan saat itu pun Sunan Ampel kebinguan karena tidak ada yang membantunya
dalam membangun masjid, akhirnya Sunan Ampelpun berdoa kepada Allah SWT dan
meminta dicarikan orang untuk dapat membantunya dalam membangun masjid, namun
setelah itu tidak ada orang yang datang ke Sunan Ampel untuk membantunya dalam
membangun masjid, dan suatu ketika setelah Sunan Ampel terbangun dari tidurnya
Mbah Solehpun yang tadinya telah meninggal hidup kembali dan menemui Sunan
Ampel, dan akhirnya Sunan Ampel pun teringat bahwa doanya telah dikabulkan oleh
Allah, awalnya Sunan Ampelpun tidak percaya dengan hidupnya Mbah Soleh namun
hal ini terbukti kembali pada saat bangunan masjid belum selesai lagi-lagi Mbah
Solehpun meninggal, dan Sunan Ampelpun berdoa kembali kepada Allah agar Mbah
Soleh dihidupkan kembali, dan akhirnya kejadian inipun terulang kembali
sebanyak tujuh kali dan Mbah Solehpun di makamkan ditempat yang berbeda pula
dari sebelumya. Pada saat diperiksa jasad tubuh Mbah Soleh dalam ke tujuh makam
tersebut ditemukan jasad-jasad yang sama pula ini adalah suatu keajaiban dari
Allah yang benar-benar nyata keberadaannya.
Sedangkan
Mbah Bolong atau Mbah Shonhaji adalah santri terakhir Suna Ampel, beliau
berperan dalam menunjukkan arah kiblat atau barat dalam Masjid Agung Sunan
Ampel yang digunakan sebagaim arah unutk melaksanakan sholat, beliau dapat
menunjukkan arah kiblat karena dulunya beliau adalah seorang mantan nahkoda
kapal laut, sehingga belaiu diberi kepercayaan oleh Sunan Ampel unutuk
menunjukkan arah kiblat oleh Sunan Ampel.
b. Pembagian tempat pada Masjid
Agung Sunan Ampel
a. Gapura atau pintu
gerbang
Pada Masjid Agung Sunan Ampel terdapat lima
gapura atau pintu gerbang,
ke lima gapura ini mempunyai makna yaitu
Shalat lima waktu yaitu subuh, dhuhur,
ashar, maghrib, dan isyak. Ke lima gapura
tersebut diantaranya adalah :
1. Gapuro Munggah,
suasana perkampungan yang katanya mirip dengan pasar Seng di Masjidil Haram Makkah. Menggambarkan bahwa seorang muslim
wajib menunaikan rukun islam yang kelima jika mampu. Setelah melewati lorong perkampungan yang menjadi
kawasan pertokoan yang menyediakan segala kebutuhan mulai busana muslim,
parfum, kurma dan berbagai
asesoris.
2. Gapuro Poso (Puasa)
yang terletak di selatan Masjid Sunan Ampel.
3. Gapuro Ngamal,
disini orang-orang dapat bershodaqoh
sesuai dengan kemampuan dan keikhlasan. Shodaqoh tersebut juga digunakan untuk
pelestarian dan kebersihan kawasan Masjid dan Makam, menggambarkan rukun Islam
tentang wajib zakat.
4. Gapuro Madep
letaknya persis di sebelah barat Masjid Induk. Disebelah kanan terdapat makam Mbah Shonhaji ( Mbah Bolong ) yang
menentukan arah kiblat Masjid
Agung Sunan Ampel. Menggambarkan bahwa pelaksanaan
sholat menghadap kiblat.
5. Gapuro Paneksen
untuk masuk ke kompleks makam. Ini menggambarkan sebagai syahadat " Bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah.” Gapura ini adalah pintu gerbang
menuju kompleks makam Sunan Ampel, kompleks makam ini dikelilingi tembok
besar setinggi 2,5 meter. Makam Sunan Ampel bersama istri dan lima kerabatnya
dipagari baja tahan karat setinggi 1,5 meter, melingkar seluas 64 meter
persegi. Khusus makam Sunan Ampel dikelilingi pasir putih.
b. Sumur
Sumur ini dulunya terletak di sebelah selatan masjid, namun karena telah
mengalami beberapa kali perluasan dan pemugaran, sumur ini sekarang berada di
dalam bagian masjid. Sumur ini dulunya digunakan sebagai air untuk mengambil
whudu sebelum melaksanakan sholat, namun karena seiring dengan perkemabngan
zaman dan pendapat, sumur ini tidak lagi digunakan sebagai tempat untuk
mengambil air wudhu namun beralih fungsi untuk di ambil airnya yang dipercaya
dapat menyembuhkan penyakit dan menguatkan janji karena kebanyakan orang
menganggap bahwa sumur ini sama dengan sumur yand ada di Arab yaitu sumur
zamzam.
c. Bangunan utama atau masjid
Bangunan utama atau masjid ini mempunyai gaya dan arsitektur yang berbeda
pada masjid ini mempunyai arsitektur antara Jawa, Cina, Arab dan Eropa ini
adalah wujud dari akulturasi budaya dan agama yang di ajarkan oleh Sunan Ampel
karena Sunan Ampel mempunyai misi atau tujuan yaitu membangun manusia yang
berbudi pekerti luhur, menandakan islam sebagai agama yang bertoleransi
terhadap agama lain.
d. Kompleks makam Sunan Ampel
Kompleks pemakaman ini berda tepat di belakang masjid, pada kopleks makam
ini terdpat makam Sunan Ampel, isteri Sunan Ampel, para santrinya Sunan Ampel,
dan para keturuna Sunan Ampel.
Alkulturasi
budaya dan agama yang ada pada Masjid Agung Sunan Ampel
a. Pengertian
akulturasi
Akulturasi
adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu
kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur
dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan
diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur
kebudayaan kelompok itu sendiri.
b. Faktor penyebab terjadinya
akulturasi
Secara garis besar, ada dua faktor
yang menyebabkan akulturasi dapat terjadi, yaitu: 1. Faktor Intern
a. Bertambah dan berkurangnya penduduk
(kelahiran, kematian, migrasi)
b. Adanya penemuan baru. Discovery, penemuan ide atau alat
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Invention, penyempurnaan penemuan baru. Innovation, pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan
dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang
telah ada. Penemuan baru didorong oleh kesadaran masyarakat akan kekurangan
unsur dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat.
c. Konflik yang terjadi dalam
masyarakat.
d. Pemberontakan atau revolusi
2. Fator ekstern
a. Perubahan alam
b. Peperangan
c. Pengaruh kebudayaan lain melalui difusi (penyebaran kebudayaan), akulturasi (pembauran antar budaya
yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya), asimilasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan
budaya yang sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak lagi).
Faktor-faktor yang memperkuat potensi akulturasi dalam taraf
individu adalah faktor-faktor kepribadian seperti toleransi, kesamaan nilai,
mau mengambil resiko, keluesan kognitif, keterbukaan dan sebagainya. Dua budaya
yang mempunyai nilai-nilai yang sama akan lebih mudah mengalami akulturasi
dibandingkan dengan budaya yang berbeda nilai.
c. Wujud akulturasi pada Masjid Agung Sunan
Ampel
a. Seni bangunan
1.
Atap
masjid, Masjid Agung Sunan Ampel mempunyai bentuk atap limas dan atapnya
berjumlah tiga serta semakin ke atas semakin kecil, atap ini merupakan wujud
akulturasi dari buadaya Cina tempat Sunan Ampel berasal yaitu Campa, Sunan
Ampel mengadopsi dari bentuk pagoda yang ada di Cina yang bentuknya juga limas
serta semakin ke atas semaki mengecil. Atap yang berundak ini juga sama dengan
bentuk punden berundak atau menhir pada zaman neozoikum dulu, yang digunakan
sebagai tempat batu penujaan.
2.
Ujung
atap masjid, mempunyai ornamen gaya Kerajaan Majapahit menandakan bahwa Sunan
Ampel sangat menghargai Kerajaan Majapahit.
3.
Tiang
saka, tiang saka atau pilar yang ada pada masjid ini berjumlah 16 dengan tinggi
17 meter, 16 tiang ini melambangkan jumlah huruf pada kalimat syahadat,
sedangkan tinginya melambangkan jumlah rokaat sholat fardhu dalam sehari
semalam, Sunan Ampel membangun atau mendirikan tiang ini hanya dalam waktu
semalam, tiang ini terbuat dari kayu besi dan kayu utuh tanpa ada sambungan.
Tiang ini merupakan wujud akulturasi dengan kebudayaan khas Cina.
4.
Menara,
menara pada masjid ini mempunyai bentuk dan corak yang sama dengan bentuk
mercusuar, mecusuar adalah menara zaman Belanda yang digunakan untuk memantau
kapal-kapal besar yang akam bersandar ke dermaga. Sedangkan Surabaya sendiri
juga mempunyai pelabuhan atau dermaga karena Surabaya juga berbatasan langsung
dengan lautan lepas, oleh karena itu Sunan Ampel meniru bentuk menara asal
Eropa ini.
5.
Pintu,
pintun pada masjid ini mempunya bentuk arsitektur dengan gaya Jawa dan Eropa.
6.
Mihrab
pada Masji Agung Sunan Ampel, bergaya sama dengan arsitektur pada masjid yang
aslinya yaitu gaya daerah padang mesir atau Arab.
7.
Lampu
gantung yang ada pada masjid ini adalah lampu gantung terbesar ke dua di
Indonesia, lampu ini mempunyai gaya dan bentuk khas Eropa.
8.
Mimbar
pada Masjid Agung Sunan Ampel mempunyai ukiran khas tanah Jawa, namun karena
islam tidak membolehkan mengukir dengan wujud hewan atau manusia, ukiran itu
dig anti dengan bentuk tumbuh-tumbuhan.
9. Serambi, serambi adalah tempat untuk
berkumpul atau beristirahat atau juga unutuk saling bertukar pikiran karena
pada agam Islam dilarang untuk berdiskusi atau berbincang bincang urusan
duniawi di dalam masjid di buatlah serambi, sebenarnya serambi bukanlah gaya
atau arsitektur bangunan pada masjid di Arab namun karena masjid ini terletak
di tanah Jawa mak bercampurlah ke dua unsure tersebut, serambi pada masjid ini
dibagi menjadi tiga serambi yaitu serambi depan, kanan, dan kiri
b.
Kasusateraan
1.
Lagu
atau dalam bahasa Jawa dinamakan tembang, Sunan Ampel sendiri juga menyebarkan
ajaran Islam juga melalui tembang, ini adalah suatu bentuk taktik Sunan Ampel
untuk, menarik simpati orang Jawa agar mau masuk kedalam agama Islam, salah satu
tembang yang sering dibawakan oleh Sunan Ampel salah satunya adalah Lir-ilr.
Yang mempunyai arti mengajak orang lain untuk bangkit dari keterpurukan dan
berusaha menggapai yang terbaik dan meninggalkan kejelekan meski itu sulit
untuk dilakukan, selagi kita masih hidup.
2.
Ajaran
mohlimo, ajaran ini dulunya diangkat Suan Ampel dari ajaran Hindu yaitu aliran
Hindu Tantrik, dimana aliran ini mengajarkan tentang 5 M yaitu Madya
(minuman keras, minum sampai mabok), Mangsa (daging, makan sebanyaknya), Matsya
(ikan, makan sebanyaknya), Mudra (nasi, gandum, jagung, biji2an, makan
sebanyaknya), and Maithuna (perempuan, lakukan hubungan seks sebanyaknya). Akan tetapi yang terjadi di saat itu
justru Majapahit menjadi kacau. Rakyatnya tidak bisa diatur, bertingkah semaunya
sendiri, karena larangan justru bertentangan dengan nilai Tantrik. Akhirnya
singkat cerita Sunan Ampel dapat memperbaiki akhlaq masyarakat dengan prinsip
Mohlimo yaitu, moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon yakni
seruan untuk “tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak
menggunakan narkotik, dan tidak berzina” dengan ajaraan akhlaq ini dalam waktu
relatif singkat Sunan Ampel dapat memperbaiki moral rakyat Majapahit saat itu. Karena
ajarannya banyak menarik simpati, pada akhirnya banyak rakyat Majapahit yang
tertarik masuk kedalam agama Islam.
3. Selain
itu Sunan Ampel pun dikenal sebagai ulama yang mengalokalisasi ajaran Islam ke
dalam budaya lokal, diantaranya menemukan istilah-istilah islam dengan bahasa
lokal diantaranya :
1.
Santri adalah sebutan bagi pelajar Islam yang
sedang mempelajari agama Islam, ini untuk membedakan dengan Cantrik yaitu
pemuda-pemuda hindu yang memperdalam agama hindu di kuil.
2.
Langgar
adalah Tempat belajar agama Islam, hal ini dilakukan oleh Sunan Ampel untuk
membedakan dengan Sanggar yaitu tempat belajar agama Hindu.
3.
Sembahyang
artinya menyembah Tuhan, hal ini berasal dari kata Hyang yang berarti Tuhan
atau yang ghaib, karena jika mengenalkan kata Allah masyarakat Hindu saat itu
tidak mengerti. Namun ada orang yang salah mengartikan bahwa sembahyang adalah
ajaran Hindu, padahal dalam ajaran hindu sendiri tidak mengenal kegiatan ibadah
yang namanya Sembahyang. Ibadah Hindu disebut dengan Puja .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar