Translate

Jumat, 08 Agustus 2014

Sunan Ampel

a.       Sejarah Sunan Ampel
Sunan Ampel mempunyai nama asli Achmad Rachmatullah, beliau lahir pada tahun 1356 masehi / 756 hijriah. Sunan Ampel mempunyai ibu yaitu Putri Campa dengan ayahnya yang bernama Ibrahim bin Jamaludin Asmarkan, dari nama ayahnya yang belakangnya Asmarkan inilah dapat diketahui bahwa Sunan Ampel berasal dari Samarkan di daerah Rusia bagian selatan.
Sunan Ampel datang ke Indonesia pada tahun 1390 masehi / 790 hijriah bersama ayahnya dan saudaranya untuk menemui bibinya di Kerajaan Majapahit yaitu putri campa yang bernama Dwarawati selir Raja Majapahit, Sunan Ampel datang ke Indonesia untuk menyebarkan agama Islam karena pada saat itu di Kerajaan Majapahit sedang terjadi krisis moral karena keruntuhan Kerajaan Majapahit sepeninggalnya Patih Gajahmada dan Raja Hayam Wuruk diperparah lagi dengan adanya perang Paregreg atau perang saudara untuk memperebutkan kekuasaan tahta kerajaan majapahit.
Semasa hidupnya Sunan Ampel mempunyai 2 orang isteri yaitu isteri pertama adalah Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo Al-Abbasyi dan isteri ke dua adalah Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Dengan Nyai Ageng Manila Sunan Ampel dikaruniai 5 orang anak yaitu Maulana Mahdum Ibrahim/Raden Mahdum Ibrahim/ Sunan Bonang, Syarifuddin/Raden Qasim/Sunan Drajat, Siti Syarifah/ Nyai Ageng Maloka isteri Sunan Kudus, Siti Muthmainnah, Siti Hafsah. Sedangkan dengan Dewi Karimah beliaua dikaruniai 6 orang anak yaitu Dewi Murtasiyah/ Istri Sunan Giri, Dewi Murtasimah/ Asyiqah/ Istri Raden Patah, Raden Husamuddin (Sunan Lamongan), Raden Zainal Abidin (Sunan Demak), Pangeran Tumapel, Raden Faqih (Sunan Ampel 2). Sunan Ampel atau Achmad Rachmatullah wafat pada tahun 1449 masehi / 849 hijriah, beliau wafat pada usia 93 tahun.


b.      Silsilah Sunan Ampel
1.      Sunan Ampel/ Raden Achmat Rachmatullah bin
2.      Maulana Malik Ibrahim/ Ibrahim bin
3.      Syaikh Jumadil Kubro /Jamaludin Akbar al-Husaini bin
4.      Ahmad Jalaludin Khan bin
5.      Abdullah Khan bin
6.      Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad,India) bin
7.      Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin
8.      Muhammad Sohib Mirtab (Hadhramaut) bin
9.      Ali Kholi' Qosam bin
10.  Alawi Ats-Tsani bin
11.  Muhammad Sohibus Saumi'ah bin
12.  Alawi Awwal bin
13.  Ubaidullah bin
14.  Ahmad al-Muhajir bin
15.  Isa Ar-Rumi bin
16.  Muhammad An-Naqib bin
17.  Ali Uraidhi bin
18.  Ja’far ash- Shadiq bin
19.  Muhammad al-Baqir bin
20.  Ali Zainal Abidin bin
21.  Imam Husain bin
22.  Ali bin Abi Thalib dan Fatimatus az-Zahra bin
23.  Muhammad
Jadi, Sunan Ampel memiliki darah Uzbekistan dan Champa dari ibu. Tetapi dari ayah leluhur mereka adalah keturunan langsung dari Ahmad al-Muhajir, Hadhramaut. Bermakna mereka termasuk keluarga besar Saadah Ba Alawi. Dan Sunan Ampel merupakan keturunan Nabi Muhammad yaitu penyebar agama Islam pertama di Dunia.

c.       Penafsiran tentang Sunan Ampel
Ada beberpa pendapat dan penafsiran tentan Sunan Ampel dianataranya adalah :
a.       Dalam catatan kronik Cina dari Klenteng Sam Po Kong, Sunan Ampel dikenal sebagai Bong Swi Hoo, cucu dari Haji Bong Tak Keng - seorang Tionghoa (suku Hui beragama Islam Mazhab Hanafi) yang ditugaskan sebagai Pimpinan Komunitas Cina di Campa oleh Sam Po Bo. Sedangkan Yang Mulia Ma Hong Fu - menantu Haji Bong Tak Keng ditempatkan sebagai duta besar Tiongkok di pusat kerajaan Majapahit, sedangkan Haji Gan En Cu juga telah ditugaskan sebagai kapten Cina di Tuban. Haji Gan En Cu kemudian menempatkan menantunya Bong Swi Hoo sebagai kapten Cina di Jiaotung (Bangil). Sementara itu seorang putri dari Kyai Bantong (versi Babad Tanah Jawi) alias Syaikh Bantong (alias Tan Go Hwat menurut Purwaka Caruban Nagari) menikah dengan Prabu Brawijaya V (alias Bhre Kertabumi) kemudian melahirkan Raden Patah. Namun tidak diketahui apakah ada hubungan antara Ma Hong Fu dengan Kyai Bantong.
b.      Dalam Serat Darmo Gandhul, Sunan Ampel disebut Sayyid Rahmad merupakan keponakan dari Putri Champa permaisuri Prabu Brawijaya yang merupakan seorang muslimah. Raden Rahmat dan Raden Santri adalah anak Makhdum Ibrahim (putra Haji Bong Tak Keng), keturunan suku Hui dari Yunan yang merupakan percampuran bangsa Han/Tionghoa dengan bangsa Asia Tengah (Samarkan). Raden Rahmat, Raden Santri dan Raden Burereh/Abu Hurairah (cucu raja Champa) pergi ke Majapahit mengunjungi bibi mereka bernama Dwarawati puteri raja Champa yang menjadi permaisuri raja Brawijaya. Raja Champa saat itu merupakan seorang muallaf. Raden Rahmat, Raden Santri dan Raden Burereh akhirnya tidak kembali ke negerinya karena Kerajaan Champa dihancurkan oleh Kerajaan Veit Nam.
c.       Menurut Hikayat Banjar dan Kotawaringin (Hikayat Banjar resensi I), nama asli Sunan Ampel adalah Raja Bungsu, anak Sultan Pasai. Beliau datang ke Majapahit menyusul/menengok kakaknya yang diambil istri oleh Raja Mapajahit. Raja Majapahit saat itu bernama Dipati Hangrok dengan mangkubuminya Pati Maudara (kelak Brawijaya VII) . Dipati Hangrok (alias Girindrawardhanan alias Brawijaya VI) telah memerintahkan menterinya Gagak Baning melamar Putri Pasai dengan membawa sepuluh buah perahu ke Pasai. Sebagai Kerajaan Islam, mulanya Sultan Pasai keberatan jika Putrinya dijadikan istri Raja Majapahit, tetapi karena takut binasa kerajaannya akhirnya Putri tersebut diberikan juga. Putri Pasai dengan Raja Majapahit memperoleh anak laki-laki. Karena rasa sayangnya Putri Pasai melarang Raja Bungsu pulang ke Pasai. Sebagai ipar Raja Majapahit, Raja Bungsu kemudian meminta tanah untuk menetap di wilayah pesisir yang dinamakan Ampelgading. Anak laki-laki dari Putri Pasai dengan raja Majapahit tersebut kemudian dinikahkan dengan puteri raja Bali. Putra dari Putri Pasai tersebut wafat ketika istrinya Putri dari raja Bali mengandung tiga bulan. Karena dianggap akan membawa celaka bagi negeri tersebut, maka ketika lahir bayi ini (cucu Putri Pasai dan Brawijaya VI) dihanyutkan ke laut, tetapi kemudian dapat dipungut dan dipelihara oleh Nyai Suta-Pinatih, kelak disebut Pangeran Giri. Kelak ketika terjadi huru-hara di ibukota Majapahit, Putri Pasai pergi ke tempat adiknya Raja Bungsu di Ampelgading. Penduduk desa-desa sekitar memohon untuk dapat masuk Islam kepada Raja Bungsu, tetapi Raja Bungsu sendiri merasa perlu meminta izin terlebih dahulu kepada Raja Majapahit tentang proses islamisasi tersebut. Akhirnya Raja Majapahit berkenan memperbolehkan penduduk untuk beralih kepada agama Islam. Petinggi daerah Jipang menurut aturan dari Raja Majapahit secara rutin menyerahkan hasil bumi kepada Raja Bungsu. Petinggi Jipang dan keluarga masuk Islam. Raja Bungsu beristrikan puteri dari petinggi daerah Jipang tersebut, kemudian memperoleh dua orang anak, yang tertua seorang perempuan diambil sebagai istri oleh Sunan Kudus (tepatnya Sunan Kudus senior/Undung/Ngudung), sedang yang laki-laki digelari sebagai Pangeran Bonang. Raja Bungsu sendiri disebut sebagai Pangeran Makhdum.



   Sejarah Masjid Agung Sunan Ampel
a.     Sejarah Masjid Agung Sunan Ampel
Masjid Agung Sunan Ampel didirikan pada tahun 1396 masehi / 796 hijriah oleh Sunan Ampel atau Achmad Rachmatullah dibantu oleh Mbah Soleh dan Mbah Bolong serta para santri lainnya atas izin Kerajaan Majapahit. Dari Raja Majapahit, Sunan Ampel mendapat pinjaman tanah Dento yang kemudian menjadi Denti Ampel yang akhirnya menjadi Ampel dan sekarang dikenal dengan nama  jl. Ampel Masjid no. 53, Kelurahan Ampel Masjid, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya, Jawa Timur. Pada tahun 1972 Kawasan Masjid Agung Sunan Ampel telah ditetapkan menjadi tempat wisata religi oleh Pemkot Surabaya. Masjid Sunan Ampel merupakan masjid tertua ke tiga di Indonsia.
Masjid ini mengalami perluasan pertama kali oleh Adipati Aryo Cokronegoro, kemudian pada tahun 1926 oleh Adipati Regent Raden Nitiadiningrat. Oleh panitia yang dibentuk khusus pada tahun 1954, dilakukan perluasan menjadi 2.069 meter persegi. dan tahun 1974 diperluas lagi menjadi 5.624,84 meter persegi. Masjid ini dulunya menjadi pusat syiar agama Islam di wilayah Timur pulau Jawa. Di belakang masjid ini terdapat kompleks pemakaman Sunan Ampel, dimana pada kompleks pemakaman ini sendiri terdapat makam Achmad Rachmatullah atau Sunan Ampel, makam Mbah Soleh, makam Mbah bolong, Makam Para Santri Sunan Ampel, dan makam Keturunan Sunan Ampel yang sudah meninggal.Masjid yang saat ini menjadi salah satu obyek wisata religi di Kota Surabaya ini, mempunyai arsitektur bangunan yang bergaya Jawa, Cina, dan Eropa.
Masjid ini dibangun Sunan Ampel dengan Mbah Soleh dan Mbah Bolong serta para santri Sunan Ampel lainnya. Berdasarkan narasumber yaitu Zeid Mohamad salah seorang keturunan Sunan Ampel yang sekarang menjadi juru kunci masjid dan kompleks makam Sunan Ampel, mengatakan bahwa dulunya ke 16 tiang saka yang ada di dalam masjid didirikan hanya dalam waktu semalam, tiang ini mempunyai tinggi 17 meter, dan tiang ini dibuat dari kayu besi utuh dari hutan. Ke 16 tiang saka ini mempunyai makna atau filosofi yaitu jumlah huruf pada kalimat syahadat yang digunakan sebagai syarat yang harus duucapkan untuk dapat memeluk agama Islam sedangkan tinggi tiang yang 17 m ini juga mempunyai arti tersendiri yaitu jumlah rakat shalat fardhu lima waktu dalam sehari semalam.
Mbah soleh adalah seorang santri Sunan Ampel yang ahli dalam hal perkayuan. Pada saat bangunan masjid belum selesai Mbah soleh telah meninggal mendahului Sunan Ampel, dan saat itu pun Sunan Ampel kebinguan karena tidak ada yang membantunya dalam membangun masjid, akhirnya Sunan Ampelpun berdoa kepada Allah SWT dan meminta dicarikan orang untuk dapat membantunya dalam membangun masjid, namun setelah itu tidak ada orang yang datang ke Sunan Ampel untuk membantunya dalam membangun masjid, dan suatu ketika setelah Sunan Ampel terbangun dari tidurnya Mbah Solehpun yang tadinya telah meninggal hidup kembali dan menemui Sunan Ampel, dan akhirnya Sunan Ampel pun teringat bahwa doanya telah dikabulkan oleh Allah, awalnya Sunan Ampelpun tidak percaya dengan hidupnya Mbah Soleh namun hal ini terbukti kembali pada saat bangunan masjid belum selesai lagi-lagi Mbah Solehpun meninggal, dan Sunan Ampelpun berdoa kembali kepada Allah agar Mbah Soleh dihidupkan kembali, dan akhirnya kejadian inipun terulang kembali sebanyak tujuh kali dan Mbah Solehpun di makamkan ditempat yang berbeda pula dari sebelumya. Pada saat diperiksa jasad tubuh Mbah Soleh dalam ke tujuh makam tersebut ditemukan jasad-jasad yang sama pula ini adalah suatu keajaiban dari Allah yang benar-benar nyata keberadaannya.
Sedangkan Mbah Bolong atau Mbah Shonhaji adalah santri terakhir Suna Ampel, beliau berperan dalam menunjukkan arah kiblat atau barat dalam Masjid Agung Sunan Ampel yang digunakan sebagaim arah unutk melaksanakan sholat, beliau dapat menunjukkan arah kiblat karena dulunya beliau adalah seorang mantan nahkoda kapal laut, sehingga belaiu diberi kepercayaan oleh Sunan Ampel unutuk menunjukkan arah kiblat oleh Sunan Ampel.
b.    Pembagian tempat pada Masjid Agung Sunan Ampel
a. Gapura atau pintu gerbang    
             Pada Masjid Agung Sunan Ampel terdapat lima gapura atau pintu gerbang,    
    ke lima gapura ini mempunyai makna yaitu Shalat lima waktu yaitu subuh, dhuhur, 
    ashar, maghrib, dan isyak. Ke lima gapura tersebut diantaranya adalah :
1.      Gapuro Munggah, suasana perkampungan yang katanya mirip dengan pasar Seng di Masjidil Haram Makkah. Menggambarkan bahwa seorang muslim wajib menunaikan rukun islam yang kelima jika mampu. Setelah melewati lorong perkampungan yang menjadi kawasan pertokoan yang menyediakan segala kebutuhan mulai busana muslim, parfum, kurma dan berbagai asesoris.
2.      Gapuro Poso (Puasa) yang terletak di selatan Masjid Sunan Ampel.
3.      Gapuro Ngamal, disini orang-orang dapat bershodaqoh sesuai dengan kemampuan dan keikhlasan. Shodaqoh tersebut juga digunakan untuk pelestarian dan kebersihan kawasan Masjid dan Makam, menggambarkan rukun Islam tentang wajib zakat.
4.      Gapuro Madep letaknya persis di sebelah barat Masjid Induk. Disebelah kanan terdapat makam Mbah Shonhaji ( Mbah Bolong ) yang menentukan arah kiblat Masjid Agung Sunan Ampel. Menggambarkan bahwa pelaksanaan sholat menghadap kiblat.
5.       Gapuro Paneksen untuk masuk ke kompleks makam. Ini menggambarkan sebagai syahadat " Bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan  Allah.” Gapura ini adalah pintu gerbang menuju kompleks makam Sunan Ampel, kompleks makam ini dikelilingi tembok besar setinggi 2,5 meter. Makam Sunan Ampel bersama istri dan lima kerabatnya dipagari baja tahan karat setinggi 1,5 meter, melingkar seluas 64 meter persegi. Khusus makam Sunan Ampel dikelilingi pasir putih.
b.      Sumur
Sumur ini dulunya terletak di sebelah selatan masjid, namun karena telah mengalami beberapa kali perluasan dan pemugaran, sumur ini sekarang berada di dalam bagian masjid. Sumur ini dulunya digunakan sebagai air untuk mengambil whudu sebelum melaksanakan sholat, namun karena seiring dengan perkemabngan zaman dan pendapat, sumur ini tidak lagi digunakan sebagai tempat untuk mengambil air wudhu namun beralih fungsi untuk di ambil airnya yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit dan menguatkan janji karena kebanyakan orang menganggap bahwa sumur ini sama dengan sumur yand ada di Arab yaitu sumur zamzam.
c.       Bangunan utama atau masjid
Bangunan utama atau masjid ini mempunyai gaya dan arsitektur yang berbeda pada masjid ini mempunyai arsitektur antara Jawa, Cina, Arab dan Eropa ini adalah wujud dari akulturasi budaya dan agama yang di ajarkan oleh Sunan Ampel karena Sunan Ampel mempunyai misi atau tujuan yaitu membangun manusia yang berbudi pekerti luhur, menandakan islam sebagai agama yang bertoleransi terhadap agama lain.
d.      Kompleks makam Sunan Ampel
Kompleks pemakaman ini berda tepat di belakang masjid, pada kopleks makam ini terdpat makam Sunan Ampel, isteri Sunan Ampel, para santrinya Sunan Ampel, dan para keturuna Sunan Ampel.
  Alkulturasi budaya dan agama yang ada pada Masjid Agung Sunan Ampel
      a. Pengertian akulturasi
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.
      b.   Faktor penyebab terjadinya akulturasi
Secara garis besar, ada dua faktor yang menyebabkan akulturasi dapat terjadi, yaitu: 1. Faktor Intern                                                                                                                                              
a.       Bertambah dan berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi)
b.      Adanya penemuan baru. Discovery, penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada. Invention, penyempurnaan penemuan baru. Innovation, pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah ada. Penemuan baru didorong oleh kesadaran masyarakat akan kekurangan unsur dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat.
c.       Konflik yang terjadi dalam masyarakat.
d.      Pemberontakan atau revolusi

2. Fator ekstern
a.    Perubahan alam
b.   Peperangan
c.    Pengaruh kebudayaan lain melalui difusi (penyebaran kebudayaan), akulturasi (pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya), asimilasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak lagi).
Faktor-faktor yang memperkuat potensi akulturasi dalam taraf individu adalah faktor-faktor kepribadian seperti toleransi, kesamaan nilai, mau mengambil resiko, keluesan kognitif, keterbukaan dan sebagainya. Dua budaya yang mempunyai nilai-nilai yang sama akan lebih mudah mengalami akulturasi dibandingkan dengan budaya yang berbeda nilai.
c.       Wujud akulturasi pada Masjid Agung Sunan Ampel
a.       Seni bangunan
1.      Atap masjid, Masjid Agung Sunan Ampel mempunyai bentuk atap limas dan atapnya berjumlah tiga serta semakin ke atas semakin kecil, atap ini merupakan wujud akulturasi dari buadaya Cina tempat Sunan Ampel berasal yaitu Campa, Sunan Ampel mengadopsi dari bentuk pagoda yang ada di Cina yang bentuknya juga limas serta semakin ke atas semaki mengecil. Atap yang berundak ini juga sama dengan bentuk punden berundak atau menhir pada zaman neozoikum dulu, yang digunakan sebagai tempat batu penujaan.
2.      Ujung atap masjid, mempunyai ornamen gaya Kerajaan Majapahit menandakan bahwa Sunan Ampel sangat menghargai Kerajaan Majapahit.
3.      Tiang saka, tiang saka atau pilar yang ada pada masjid ini berjumlah 16 dengan tinggi 17 meter, 16 tiang ini melambangkan jumlah huruf pada kalimat syahadat, sedangkan tinginya melambangkan jumlah rokaat sholat fardhu dalam sehari semalam, Sunan Ampel membangun atau mendirikan tiang ini hanya dalam waktu semalam, tiang ini terbuat dari kayu besi dan kayu utuh tanpa ada sambungan. Tiang ini merupakan wujud akulturasi dengan kebudayaan khas Cina.
4.      Menara, menara pada masjid ini mempunyai bentuk dan corak yang sama dengan bentuk mercusuar, mecusuar adalah menara zaman Belanda yang digunakan untuk memantau kapal-kapal besar yang akam bersandar ke dermaga. Sedangkan Surabaya sendiri juga mempunyai pelabuhan atau dermaga karena Surabaya juga berbatasan langsung dengan lautan lepas, oleh karena itu Sunan Ampel meniru bentuk menara asal Eropa ini.
5.      Pintu, pintun pada masjid ini mempunya bentuk arsitektur dengan gaya Jawa dan Eropa.
6.      Mihrab pada Masji Agung Sunan Ampel, bergaya sama dengan arsitektur pada masjid yang aslinya yaitu gaya daerah padang mesir atau Arab.
7.      Lampu gantung yang ada pada masjid ini adalah lampu gantung terbesar ke dua di Indonesia, lampu ini mempunyai gaya dan bentuk khas Eropa.
8.      Mimbar pada Masjid Agung Sunan Ampel mempunyai ukiran khas tanah Jawa, namun karena islam tidak membolehkan mengukir dengan wujud hewan atau manusia, ukiran itu dig anti dengan bentuk tumbuh-tumbuhan.
9.      Serambi, serambi adalah tempat untuk berkumpul atau beristirahat atau juga unutuk saling bertukar pikiran karena pada agam Islam dilarang untuk berdiskusi atau berbincang bincang urusan duniawi di dalam masjid di buatlah serambi, sebenarnya serambi bukanlah gaya atau arsitektur bangunan pada masjid di Arab namun karena masjid ini terletak di tanah Jawa mak bercampurlah ke dua unsure tersebut, serambi pada masjid ini dibagi menjadi tiga serambi yaitu serambi depan, kanan, dan kiri
b.      Kasusateraan
1.      Lagu atau dalam bahasa Jawa dinamakan tembang, Sunan Ampel sendiri juga menyebarkan ajaran Islam juga melalui tembang, ini adalah suatu bentuk taktik Sunan Ampel untuk, menarik simpati orang Jawa agar mau masuk kedalam agama Islam, salah satu tembang yang sering dibawakan oleh Sunan Ampel salah satunya adalah Lir-ilr. Yang mempunyai arti mengajak orang lain untuk bangkit dari keterpurukan dan berusaha menggapai yang terbaik dan meninggalkan kejelekan meski itu sulit untuk dilakukan, selagi kita masih hidup.
2.      Ajaran mohlimo, ajaran ini dulunya diangkat Suan Ampel dari ajaran Hindu yaitu aliran Hindu Tantrik, dimana aliran ini mengajarkan tentang 5 M yaitu Madya (minuman keras, minum sampai mabok), Mangsa (daging, makan sebanyaknya), Matsya (ikan, makan sebanyaknya), Mudra (nasi, gandum, jagung, biji2an, makan sebanyaknya), and Maithuna (perempuan, lakukan hubungan seks sebanyaknya). Akan tetapi yang terjadi di saat itu justru Majapahit menjadi kacau. Rakyatnya tidak bisa diatur, bertingkah semaunya sendiri, karena larangan justru bertentangan dengan nilai Tantrik. Akhirnya singkat cerita Sunan Ampel dapat memperbaiki akhlaq masyarakat dengan prinsip Mohlimo yaitu, moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon yakni seruan untuk “tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina” dengan ajaraan akhlaq ini dalam waktu relatif singkat Sunan Ampel dapat memperbaiki moral rakyat Majapahit saat itu. Karena ajarannya banyak menarik simpati, pada akhirnya banyak rakyat Majapahit yang tertarik masuk kedalam agama Islam.
3.      Selain itu Sunan Ampel pun dikenal sebagai ulama yang mengalokalisasi ajaran Islam ke dalam budaya lokal, diantaranya menemukan istilah-istilah islam dengan bahasa lokal diantaranya :
1.   Santri adalah sebutan bagi pelajar Islam yang sedang mempelajari agama Islam, ini untuk membedakan dengan Cantrik yaitu pemuda-pemuda hindu yang memperdalam agama hindu di kuil.
2.    Langgar adalah Tempat belajar agama Islam, hal ini dilakukan oleh Sunan Ampel untuk membedakan dengan Sanggar yaitu tempat belajar agama Hindu.

3.    Sembahyang artinya menyembah Tuhan, hal ini berasal dari kata Hyang yang berarti Tuhan atau yang ghaib, karena jika mengenalkan kata Allah masyarakat Hindu saat itu tidak mengerti. Namun ada orang yang salah mengartikan bahwa sembahyang adalah ajaran Hindu, padahal dalam ajaran hindu sendiri tidak mengenal kegiatan ibadah yang namanya Sembahyang. Ibadah Hindu disebut dengan  Puja .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar